Gowa Center. Dua negara sahabat Indonesia dan Afrika Selatan melaksanakan kerjasama penerbitan prangko (joint issue stamp) bertema Syehk Yusuf Al-Makassari. Prangko dan benda pos lain seperti sampul hari pertama (SHP) diterbitkan tahun 2011 silam.
Penerbitan ini merupakan usulan tokoh muda Sulsel asal Gowa, Darmawan Denassa pada tahun 2008 silam. Denassa mengantar sendiri proposal pengajuan prangko untuk memperkuat hubungan diplomatik dan kesejarahan kedua negara. Untuk penerbitan bersama kali ini dilaksanakan sebagai bukti 300 tahun hubungan masyarakat Indonesia dengan Afrika Selatan diawali dengan kedatangan ulama terkemuka Syehk Yusuf yang berasal dari Gowa, ke Cape Town, Afrika Selatan sekitar tahun 1694. Kedatangan dan kehidupan Syehk Yusuf di Afrika Selatan memiliki arti dan peran penting dalam mempererat hubungan masyarakat kedua negara.
Peluncuran penerbitan prangko dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2011, bertepatan dengan penyelenggaraan Hari Prangko Nasional Afrika Selatan dilaksanakan acara peluncuran Penerbitan Prangko Bersama (Joint Issue of Stamps) Indonesia – Afrika Selatan.
Syeh Yusuf sendiri merupakan salah seorang putra terbaik dalam sejarah bangsa Indonesia, beliau menjadi orang Indonesia pertama yang dianugerahi gelar pahlawan pada dua negara yakni pahlawan nasional di Indonesia dan pahlawan nasional di Afrika Selatan. Merupakan figur penting bagi kedua negara dengan perannya dalam menentang penjajahan serta penyebaran Islam di kedua negara. Beliau merupakan ulama besar dari Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan yang diasingkan Belanda ke The Cape of Good Hope (Cape Town) karena berjuang dan pemimpin perlawanan pada penindasan kemanusiaan. Nelson Mandela, tokoh perdamaian dunia dari Afrika bahkan mengatakan Syeh Yusuf salah satu tokoh yang menginspirasi perjuangan yang ia lakukan. Atas dasar itulah Denassa menyusun proposal pengusulan penerbitan prangko pada dua negara.
Dalam seri prangko kerjasama ini Indonesia menerbitkan lima lembar prangko masing-masing dengan gambar Syeh Yusuf, Museum Balla Lompoa di Gowa- Sulawesi Selatan, Tari Pakarena Sulawesi Selatan, Tilanga dan Sandal Geulis, dan alat music Tifa dari Papua. Sedangkan Afrika Selatan juga menerbitkan lima prangko dengan gambar Syeh Yusuf, Bo-Kaap Museum, Ghoema drums, Bo-kaap art, dan Cape Minstrel group.
“Prangko pada awalnya menjadi bukti pelunasan pengiriman pos, seiring perkembangan dan kemajuan peradaban manusia, peran dan fungsi prangko ikut mengalami perkembangan. Dewasa ini salah satu peran penting prangko menjadi penguat hubungan diplomatik dua negara atau lebih” jelas Darmawan Denassa. (*)
Sampul Hari Pertama (SHP) prangko seri Syekh Yusuf. |
Penerbitan ini merupakan usulan tokoh muda Sulsel asal Gowa, Darmawan Denassa pada tahun 2008 silam. Denassa mengantar sendiri proposal pengajuan prangko untuk memperkuat hubungan diplomatik dan kesejarahan kedua negara. Untuk penerbitan bersama kali ini dilaksanakan sebagai bukti 300 tahun hubungan masyarakat Indonesia dengan Afrika Selatan diawali dengan kedatangan ulama terkemuka Syehk Yusuf yang berasal dari Gowa, ke Cape Town, Afrika Selatan sekitar tahun 1694. Kedatangan dan kehidupan Syehk Yusuf di Afrika Selatan memiliki arti dan peran penting dalam mempererat hubungan masyarakat kedua negara.
Peluncuran penerbitan prangko dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2011, bertepatan dengan penyelenggaraan Hari Prangko Nasional Afrika Selatan dilaksanakan acara peluncuran Penerbitan Prangko Bersama (Joint Issue of Stamps) Indonesia – Afrika Selatan.
Syeh Yusuf sendiri merupakan salah seorang putra terbaik dalam sejarah bangsa Indonesia, beliau menjadi orang Indonesia pertama yang dianugerahi gelar pahlawan pada dua negara yakni pahlawan nasional di Indonesia dan pahlawan nasional di Afrika Selatan. Merupakan figur penting bagi kedua negara dengan perannya dalam menentang penjajahan serta penyebaran Islam di kedua negara. Beliau merupakan ulama besar dari Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan yang diasingkan Belanda ke The Cape of Good Hope (Cape Town) karena berjuang dan pemimpin perlawanan pada penindasan kemanusiaan. Nelson Mandela, tokoh perdamaian dunia dari Afrika bahkan mengatakan Syeh Yusuf salah satu tokoh yang menginspirasi perjuangan yang ia lakukan. Atas dasar itulah Denassa menyusun proposal pengusulan penerbitan prangko pada dua negara.
Dalam seri prangko kerjasama ini Indonesia menerbitkan lima lembar prangko masing-masing dengan gambar Syeh Yusuf, Museum Balla Lompoa di Gowa- Sulawesi Selatan, Tari Pakarena Sulawesi Selatan, Tilanga dan Sandal Geulis, dan alat music Tifa dari Papua. Sedangkan Afrika Selatan juga menerbitkan lima prangko dengan gambar Syeh Yusuf, Bo-Kaap Museum, Ghoema drums, Bo-kaap art, dan Cape Minstrel group.
“Prangko pada awalnya menjadi bukti pelunasan pengiriman pos, seiring perkembangan dan kemajuan peradaban manusia, peran dan fungsi prangko ikut mengalami perkembangan. Dewasa ini salah satu peran penting prangko menjadi penguat hubungan diplomatik dua negara atau lebih” jelas Darmawan Denassa. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar