Gowa Center. Pertemuan warga khususnya orang tua peserta didik di SDN Kalase’rena, Kelurahan Kalase’rena, Kecamatan Bontonompo terlaksana hari ini (6/6/2011). Kegiatan untuk mempertemukan orang tua dengan sekolah khususnya kepsek dan guru, membahas perkembangan pendidikan peserta didik.
Untuk mendorong mereka agar lebih aktif terlibat melakukan perubahan khususnya di Kalase’rena, The Gowa Center (TGC) akan bekerjasama dengan pemerintah kelurahan dan kecamatan untuk memediasi mereka membentuk Lembaga Pengaduan Masyarakat (LPM) dengan model Community Center. “Pertemuan yang mereka laksanakan setiap bulan sejak september 2010 lalu antara orang tua siswa dan sekolah telah mendorong mereka menjalin komunikasi ditingkat warga. Untuk mendorong keaktifan mereka pada layanan pembangunan lebih luas khususnya di kelurahannya. TGC akan memediasi mereka untuk beberapa bahan publikasi tentang hak warga" Alwiah Hasan, staf TGC. (DN)
Harmika guru kelas IV menyampaikan kepada orang tua agar menyampaikan ke sekolah bila anaknya berhalangan ke sekolah baik dengan surat atau mengirim pesan ke gurunya melalui sms. Kekwatiran guru dan kepala sekolah sangat beralasan karena pernah ditemukan peserta didik di SDN Kalase’rena pagi hari saat menuju sekolah singgah di salah satu tempat penyedia permainan Plastasion (PS) sehingga terlambat ke sekolah.
Dengan adanya Izin atau penyampaian ke sekolah pihak sekolah memperoleh kepastian tentang keadaan siswa yang tidak masuk.
Kepala SDN Kalase’rena, Martini menyampaikan harapan ke orang tua agar ikut mendampingi pendidikan anaknya. Termasuk agar pelajaran di sekolah diulang di rumah.
Beberapa orang tua menyampaikan keluhannya, bahwa semangat untuk menyekolahkan anak-anak mereka juga dipengaruhi oleh kondisi sosial kemasyarakat saat ini. Mereka mengeluhkan bahwa meskipun anak-anak pintar tapi untuk memperoleh pekerjaan khususnya di pemerintahan mereka sering mendengar orang tua harus mengeluarkan uang puluhan juta agar anaknya bisa lolos dalam seleksi penerimaan pegawai.
“Bukan karena kepintaran atau kemampuan yang dinilai, tapi kesanggupan membayar oknum tertentu agar bisa lolos seleksi ujian PNS, Polisi, dll jadi bagi orang seperti saya sepertinya percuma menyekolahkan anak karena kami tidak punya uang untuk membayar” ungkap Hernawati warga Kalase’rena.
“Sering kali kalau kami menayakan beberapa hal yang kami anggap tidak sesuai aturan yang terjadi di organisasi masyarakat atau pemerintah sering ditanggapi tidak baik oleh pihak yang ditanya. Mereka bahkan sering menguhubungkan dengan status sosial kami, nabilang siapa tongko kau?” ungkap Syahniar P. salah seorang orang tua peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar