Selasa, 08 Maret 2011

SDN Romanglasa

Gowa Center. Romanglasa secara etimologi berasal dari dua kata romang bermakna rumpun lasa bermakna lansat, keduanya dari bahasa Makassar, dengan demikian secara harfiah Romanglasa bermakna rumpun lansat. Menurut penuturan tokoh masyarakat di desa ini, dahulu memang ditemukan banyak pohon lansat di kampung Romanglasa yang kemudian diambil untuk menamakan desa yang terletak di Kec. Bontonompo Kab. Gowa, Sulsel tersebut.


Di desa ini terdapat fasilitas umum, seperti pasar desa, pustu, Sanggar Pendidikan Anak Saleh (SPAS), beberapa masjid, dan dua unit sekolah dasar.
Salah satu dari dua unit SD bernama Sekolah Dasar Negeri (SDN) Romanglasa. Sekolah ini terletak di jalan poros desa yang menghubungkan Kec. Bontonompo dengan Kec. Bajeng Barat, serta Kec. Galesong Selatan Kab. Takalar.

SDN Romanglasa merupakan salah satu mitra The Gowa Center untuk program Pendidikan Partisipatif menuju Pendidikan Berkualitas di Kab. Gowa sebuah kegiatan yang dikerjasamakan dengan Australian Community Developmen adn Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II dari AUSaid dan Pemkab Gowa.

Kegiatan yang Telah Berlangsung
Pada awal tahun 2010, di SDN Romanglasa dilaksanakn pertemuan para untuk membicarakan  kegiatan yang bisa dilaksanakan bersama untuk mendukung perbaikan pendidikan yang melibatkan lebih banyak pihak. Ketika itu Pendidikan Partisipatif masih dalam tahap penjajakan (desain) yang menggunakan Outcame Mapping. Ketika itu pemerintah kecamatan Bontonompo, pemerintah desa, tokoh masyarakat serta pelaksana pendidikan berkumpul dan berbagi pengalaman sebagai bahan yang akan digunakan dalam merancang pelaksanaan kegiatan.

Setelah kegiatan Pendidikan partisipatif mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2010 di sekolah ini pula dilaksanakan sosialisasi yang hadiri puluhan masyarakat, kemudian dilanjutkan pada Pemaparan tahapan pembelajaran oleh guru kelas IV yang juga dihadiri orang tua dan warga hingga ruang kelas tempat pelaksanaan kegiatan tidak memuat. Terakhir Sabtu, 19 Februari 2011 ketika komite dan warga sekolah mengundang para orang tua untuk melakukan pembicaraan pengembangan pendidikan di sekolah, yang lagi-lagi ruangan dipenuhi oleh warga.

Contoh Terbaik

Sekolah ini sejak awal September 2010 telah melarang warga belajarnya mengkonsumsi makanan ringan yang membahayakan diri mereka. Untuk melindungi generasi muda dari bahaya bahan-bahan seperti borax, pewarna buatan, dan MSG sekolah malarang aktivitas penjual di lingkungan sekolah. Langkah ini cukup efektif mengajari peserta didik untuk tidak jajan dan meminta uang saku pada orang tua mereka. Lingkungan sekolah pun mulai terbebas dari sampah plastik pembungkus makanan ringan yang biasanya menjadi  masalah tersendiri di sekolah. (Darmawan Denassa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar