Sabtu, 11 Februari 2012

Tidak Ada Tinggal Kelas di Jepang

Naoko Wada (bertopi), Darmawan Denassa (dua dari kanan) 
bersama sekretaris komite SDN Bontorikong dan peserta
Kelas Komunitas Rumah Hijau Denassa (RHD) 
Foto: The Gowa Center (Alwan Hidayat)
TGC. COMMUNITY Center (CC) Julukanaya merupakan Organisasi Rakyat (OR) di Desa Bontolangkasa, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa, yang digagas orang tua peserta didik yang sering berkumpul di SDN Bontorikong.

Pada tanggal 5 setiap bulan CC melaksanakan pertemuan membahas perkembangan organisasi,  pendidikan anak-anak di desa, serta mengundang berbagai pihak. Sejak terbentuk Juni 2011 beberapa pihak telah hadir dalam pertemuan organisasi ini. 
Bulan ini (5/2/2012) CC Julukanaya kedatangan tamu dari Tokyo, Jepang, seorang gadis bernama Naoko Wada (27 tahun). Ia salah seorang relawan di Japan International Cooperation Agency (JICA) pada kegiatan pendidikan luar sekolah di Sulsel untuk wilayah Takalar.
Berbagai pertanyaan diajukan anggota CC dalam pertemuan di salah seorang pengurus CC dan komite SDN Bontorikong ini.
“Adakah anak tinggal kelas di Jepang?” tanya Bastari Daeng Kulle sekretaris Komite SDN Bontorikong.
“Tidak ada. Kalau ada pelajaran tertinggal ada kelas dan waktu khusus memperbaiki” ungkap Naoko.

Naoko juga bercerita jika di Jepang setiap sekolah terdapat satu ahli gizi untuk memantau makanan (menu)  peserta didik, mereka tidak boleh bawa uang ke sekolah sehingga  mereka tidak jajan sembarang. Mereka wajib membayar uang makan setiap bulan.
"Seandainya hal ini diterapkan juga di Indonesia, pasti lebih baik" ungkap Namiati Daeng Mawara presidium CC Julukanaya.

Selain warga hadir pula Darmawan Denassa, direktur The Gowa Center (TGC) bersama beberapa pengurus, staf, dan relawan. (0) 

1 komentar: