TGC. Rabu 16 Mei 2012, beberapa orang tua peserta didik Sekolah Dasar Inpres (SDI) Bategulung2) diundang untuk menghadiri pertemuan orang tua siswa dengan pihak sekolah. Mereka disambut Hamzah Daeng Tumpu, Kepala Sekolah. Kedatangan orang tua untuk mendampingi anak-anak mereka yang tahun ini memperoleh bantuan beasiswa miskin. Sejenak, Hamzah memberi pengarahan tentang beasiswa miskin yang akan diperoleh peserta didik.
Ketika tiba jadwal yang tentukan, orang tua peserta didik yang hadir baru beberapa orang, beberapa diantaranya belum datang memenuhi undangan. Kepala sekolah memanggil beberapa peserta didik yang orang tuanya belum hadir, mereka diminta menjemput orang tua mereka.
“Kehadiran orang tua di pertemuan ini cukup penting” ungkap Hamzah.
Beberapa orang peserta didik, kembali ke rumah menemui orang tua mereka. Beberapa pserta didik tidak menuju rumah tapi ke sawah dan tempat pembuatan batu merah untuk menemui orang tuanya. Selang beberapa menit, b beberapa orang tua peserta didik datang ke sekolah dengan wajah tergesa-gesa. Bahkan salah seorang dari mereka masih berpakaian yang terkena percikan lumpur, tangan dan kaki yang masih basah, serta tanpa alas kaki melangkah ke dalam kelas yang menjadi ruang pertemuan.
Meski pun ini beasiswa, beberapa orang tua ppeserta didik penerima beasiswa miskin terkesan enggan menerima bantuan tersebut. Mereka nampak tidak antuasias ketika menerima bantuan langsung yang akan diberikan pada anak mereka. Hal yang patut mendapat apresiasi dari semua pihak, walaupun mereka dikategorikan `miskin` tapi mereka juga bisa bersikap mandiri, tidak terbuai dengan program bantuan tunai.
Acara pun dimulai, dengan penjelasan Kepala Sekolah menjelaskan tujuan mereka berkumpul. Beliau pun menjelaskan bahwa mereka harus ada di sini untuk mewakili anak-anak mereka beasiswa yang harus diperuntukkan memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.
“Beasiswa ini diharapkan agar para siswa bisa termotivasi untuk belajar lebih giat dan lebih aktif bersekolah dan orang tua diharapkan betul-betul mengawasi anak-anak mereka agar bisa lebih fokus belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah khususnya di rumah, anak-anak akan susah mengingat pelajarannya jika hanya belajar di sekolah” pesan kepala sekolah.
Kepala sekolah mendorong para orang tua untuk memberikan waktu luangnya mendampingi dan mengawasi anak-anak mereka mengulang pelajarannya di walau hanya lima menit.
Selanjutnya, satu persatu orang tua mendampingi anak-anak mereka dipanggil ke depan menerima uang beasiswa yang berjumlah Rp. 360.000 per siswa.
Sebelum mereka menerima beasiswa, hadirin diberi tekanan bahwa tidak ada pemotongan sama sekali pada beasiswa yang mereka terima. “Uang ini semuanya untuk siswa” kata kepala sekolah.
Ini menjadi bagian yang berbeda dari beberapa sekolah yang menerima bantuan serupa, karena terdapat sekolah yang pimpinannya mengakui sendiri bahwa ada pemotongan untuk beberapa alasan.
SDI Bategulung merupakan salah satu sekolah di Kec. Bontonompo yang telah mulai menerapkan transparansi. Selain beasiswa yang utuh diberikan ke peserta didik penerima dan melibatkan orang tua serta warga sekolah, dana Bantuan Operasional Sekolah pun diumumkan dan dapat diakses oleh warga.
Keterbukaan yang lakukan sekolah menjadi kebanggaan warga sekolah, bahkan masyarakat menghargai praktek baik ini. Beberapa orang tua yang hadir dalam kegiatan hari ini mengaku senang dengan kepemiminan kepala SDI Bategulung. Mereka menyampaikan kepercayaan warga sekitar pada sekolah atas manajemen terbuka yang diterapkan, mereka berharap tetap menjaga bahkan meningkatkannya.
Jika sekolah menerapkan transparansi, selain meningkatkan kredibilitas (kepercayaan) pada sekolah manfaat lain warga akan terdorong berpartisipasi dan menjaga sekolah sehingga bisa lebih mudah melibatkan mereka mendampingi anak-anaknya dalam peningkatan kualitas pendidikan, lebih jauh lagi keterbukaan sekolah akan memudahkan pengelola sekolah (guru dan kepala sekolah) melibatkan warga membangun sekolah dan pendidikan.
* * *
1. Ditulis Alwan Hidayat, diselaraskan Darmawan Denassa.
2. Sekolah mitra Pendidikan Partisipatif menuju Pendidikan Berkualitas di Kab. Gowa, terletak di Desa
Bategulung, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa, Sulsel,
Ketika tiba jadwal yang tentukan, orang tua peserta didik yang hadir baru beberapa orang, beberapa diantaranya belum datang memenuhi undangan. Kepala sekolah memanggil beberapa peserta didik yang orang tuanya belum hadir, mereka diminta menjemput orang tua mereka.
“Kehadiran orang tua di pertemuan ini cukup penting” ungkap Hamzah.
Beberapa orang peserta didik, kembali ke rumah menemui orang tua mereka. Beberapa pserta didik tidak menuju rumah tapi ke sawah dan tempat pembuatan batu merah untuk menemui orang tuanya. Selang beberapa menit, b beberapa orang tua peserta didik datang ke sekolah dengan wajah tergesa-gesa. Bahkan salah seorang dari mereka masih berpakaian yang terkena percikan lumpur, tangan dan kaki yang masih basah, serta tanpa alas kaki melangkah ke dalam kelas yang menjadi ruang pertemuan.
Meski pun ini beasiswa, beberapa orang tua ppeserta didik penerima beasiswa miskin terkesan enggan menerima bantuan tersebut. Mereka nampak tidak antuasias ketika menerima bantuan langsung yang akan diberikan pada anak mereka. Hal yang patut mendapat apresiasi dari semua pihak, walaupun mereka dikategorikan `miskin` tapi mereka juga bisa bersikap mandiri, tidak terbuai dengan program bantuan tunai.
Acara pun dimulai, dengan penjelasan Kepala Sekolah menjelaskan tujuan mereka berkumpul. Beliau pun menjelaskan bahwa mereka harus ada di sini untuk mewakili anak-anak mereka beasiswa yang harus diperuntukkan memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.
“Beasiswa ini diharapkan agar para siswa bisa termotivasi untuk belajar lebih giat dan lebih aktif bersekolah dan orang tua diharapkan betul-betul mengawasi anak-anak mereka agar bisa lebih fokus belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah khususnya di rumah, anak-anak akan susah mengingat pelajarannya jika hanya belajar di sekolah” pesan kepala sekolah.
Kepala sekolah mendorong para orang tua untuk memberikan waktu luangnya mendampingi dan mengawasi anak-anak mereka mengulang pelajarannya di walau hanya lima menit.
Selanjutnya, satu persatu orang tua mendampingi anak-anak mereka dipanggil ke depan menerima uang beasiswa yang berjumlah Rp. 360.000 per siswa.
Sebelum mereka menerima beasiswa, hadirin diberi tekanan bahwa tidak ada pemotongan sama sekali pada beasiswa yang mereka terima. “Uang ini semuanya untuk siswa” kata kepala sekolah.
Ini menjadi bagian yang berbeda dari beberapa sekolah yang menerima bantuan serupa, karena terdapat sekolah yang pimpinannya mengakui sendiri bahwa ada pemotongan untuk beberapa alasan.
SDI Bategulung merupakan salah satu sekolah di Kec. Bontonompo yang telah mulai menerapkan transparansi. Selain beasiswa yang utuh diberikan ke peserta didik penerima dan melibatkan orang tua serta warga sekolah, dana Bantuan Operasional Sekolah pun diumumkan dan dapat diakses oleh warga.
Keterbukaan yang lakukan sekolah menjadi kebanggaan warga sekolah, bahkan masyarakat menghargai praktek baik ini. Beberapa orang tua yang hadir dalam kegiatan hari ini mengaku senang dengan kepemiminan kepala SDI Bategulung. Mereka menyampaikan kepercayaan warga sekitar pada sekolah atas manajemen terbuka yang diterapkan, mereka berharap tetap menjaga bahkan meningkatkannya.
Jika sekolah menerapkan transparansi, selain meningkatkan kredibilitas (kepercayaan) pada sekolah manfaat lain warga akan terdorong berpartisipasi dan menjaga sekolah sehingga bisa lebih mudah melibatkan mereka mendampingi anak-anaknya dalam peningkatan kualitas pendidikan, lebih jauh lagi keterbukaan sekolah akan memudahkan pengelola sekolah (guru dan kepala sekolah) melibatkan warga membangun sekolah dan pendidikan.
* * *
1. Ditulis Alwan Hidayat, diselaraskan Darmawan Denassa.
2. Sekolah mitra Pendidikan Partisipatif menuju Pendidikan Berkualitas di Kab. Gowa, terletak di Desa
Bategulung, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa, Sulsel,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar