Simbol Perempuan Makassar
oleh
Darmawan Denassa
Tari Pakarena merupakan salah satu tari dari komunitas Makassar. Tari ini dikategorikan tari sakral karena ditarikan bukan dalam semua kesempatan. Dikenal pula bahwa tari Pakarena terdiri atas beberapa jenis yang berhubungan dengan fungsi. Terdapat tari Pakarena yang ditarikan untuk menyembuhkan penyakit, mengindari wabah, dll. Ada pandangan bahwa gerakan dalam tari Pakarena merupakan simbolisme dari petunjuk yang ditinggalkan Raja Gowa pertama Tu Manurunga ri Tamalate kepada manusia di bumi. Oleh karena itu lahir pendapat bahwa pada abad ke-17 tari ini sudah diperagakan.
Penuh Simbolisasi
Penuh Simbolisasi
Tari Pakarena sering dikaitkan dengan karakter umum perempuan Makassar. Perempuan yang menjaga dirinya meski ditengah ujian dan godaan yang besar. Ini diwakilkan pada gerak penari Pakarena yang tidak pernah mengangkat kakinya meski suara gendang yang mengiringinya ditabu dengan keras dan bertalu-talu dalam bahasa Makassar dikenal dengan sebutan pakanjarak.
Ganrang atau paganrang merupakan pengiring Tari Pakarena. Tradisi ganrang sudah dimiliki masyarakat Gowa sejak lama. Foto: Denassa |
Tak mengherankan jika gerakan dari tarian ini sangat artistik dan sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan memiliki makna khusus. Posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia.
Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi.
Amma Coppong
Maccoppong Daeng Rannu (alm) warga Lombasang di Kelurahan Bulutana, Kec. Tinggimoncong, dikenal oleh pencinta budaya dan seni di Sulsel sebagai maestro Tari Pakarena. (DN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar