Kamis, 14 Februari 2013

Kisah Oposan Karaengta Data Menambah Unik Cerita Buluttana

Gowa Center. Buluttana merupakan nama salah satu kelurahan di Kecamatan Tinggimoncong. Buluttana secara historis diambil dari kisah perjalanan Karaengta Data, pimpinan Kasawiang Data.  Kasawiang Data merupakan salah satu anggota Kasawiang Salapang. Karaengta Data  suatu ketika mengambil posisi sebagai oposan dari pemerintahan yang berkuasa. Karena pendiriaannya itu Karaengta memilih mengembara ke hutan-hutan untuk menemukan tempat yang aman dan layak.

Setelah berjalan beberapa hari  beliau menemukan sebuah perkampungan yang ditepi bukit tanah. Bukit dalam bahasa Makassar di sebut Bulu sedangkan tanah dalam bahasa Makassar disebut dengan sebutan yang sama. Sehingga secara historis asal usul nama Buluttana kemungkinan besar berasal dari kisah ini.


Balla Jambu di Buluttana, yang membutuhkan perhatian.
Foto: Darmawan Denassa.
Hingga tahun 1965 di Buluttana masih terdapat  tiga buah rumah tua masing-masing Balla Lompoa, Balla Jambu, dan Balla Tinggi. Ketiga rumah umah itu belum diketahui secara pasti kapan pembangunannya. Tahun 1965 Balla Tinggia terbakar, sehingga tersisa dua rumah tua dalam kawasan ini.

Balla Lompoa berjarak sekitar 100 meter sebelah utara Balla Jambu. Dahulu kala dikisahkan rumah-rumah ini ditemukan masih dalam bentuk rumah panggung, hanya saja pallangga dan  bagian bangunan secara umum tidak dipahat, tetapi hanya diikat dengan tali yang terbuat dari ijuk pohon enau.
Pada bagian tiang menurut kisah warga sekitar ditanam sekira satu meter. Tiang-tiang yang digunakan pada kedua rumah saat ini diyakini masi tiang yang pakai sejak pertama kali ditemukan.

Latar Belakang Pemberian Nama
Mengapa disebut Balla Jambu, karena beberapa bahan yang digunakan mendirikan rumah terbuat dari kayu jambu. Tangga merupakan bagian yang paling diyakini terbuat dari pohon jambu. Dahulu Balla Jambu berfungsu sebagai kediaman Karaeng Buluttana, sedangkan Balla Lompoa ditempati Gallarrang Buluttana.

Pada Balla jambua tidak ditemukan perabot rumah tangga yang berbentuk kursi. Terdapat kesepakatan sejak dahulu untuk tidak menggunakannya. Atap kedua rumah tua ini terbuat dari bambu yang dibelah, secara lokal disebut cippe. (Darmawan Denassa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar